Pertarungan Narasi Papua di Media Digital Pemilu 2019 dan 2024
Penelitian ini melahirkan lima model teoretis penting, termasuk Model Connective Action Papua Merdeka yang memperluas cakupan teori gerakan sosial digital dalam konteks konflik etnopolitik. "Model ini dapat menjadi kerangka kerja baru dalam memahami dinamika digitalisasi gerakan separatis di wilayah konflik atau perbatasan, serta menjadi alat analitis bagi pemerintah dan aktivis dalam membangun ekosistem informasi yang adil dan inklusif."
Menurut Hutasoit, negara kini tidak hanya menghadapi tantangan penguasaan wilayah fisik, tetapi juga harus berhadapan dengan pertarungan makna di ruang publik digital. "Tanpa strategi komunikasi politik yang adil dan berbasis hak asasi manusia, narasi Papua Merdeka akan terus menguat dan menemukan momentumnya di platform internasional melalui solidaritas digital yang mengglobal," ujarnya.
Ken Hutasoit mengatakan riset ini merekomendasikan arah kebijakan komunikasi ke depan difokuskan pada studi longitudinal terhadap generasi muda Papua di ruang digital, serta etnografi digital yang menghubungkan diskursus daring dengan dinamika komunitas akar rumput. "Dengan demikian, pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil diharapkan dapat merumuskan strategi komunikasi politik digital yang lebih transformatif dan berkeadilan sosial," pungkasnya. (*)