35 KG Narkoba Terapung: Madura Diincar, Moral Diterkam
Oleh: Fauzi As
Markas TNI: Penjaga Moral yang Masih Tersisa. Yang menarik, laporan diterima bukan oleh lembaga narkotika, tapi oleh Markas TNI di pulau terpencil. Serka Yohanes, Serda Bambang, dan Koptu Yunus, tiga nama yang tiba-tiba menjadi benteng terakhir akal sehat Madura. Mereka bukan penyuluh, bukan orator, tapi mereka menyelamatkan satu pulau dari pesta sabu massal. Di negeri yang sering kali aparat sibuk debat seragam, ternyata yang menyelamatkan hari itu justru mereka yang diam-diam bekerja.
Madura bukan negeri dongeng, tapi kadang kisah yang terjadi di atas tanahnya terdengar seperti cerita mistik. Bayangkan, 30 kilogram sabu-sabu terapung santai di laut, seolah-olah sedang mencari pemilik yang siap menghancurkan satu generasi. Peristiwa ini bukan lelucon. Ini nyata. Ini Madura. Dari perairan 4 mil barat laut Pulau Masalembu menjadi saksi bisu. Narkoba kini tak perlu diselundupkan secara diam-diam, cukup dilempar ke laut dan biarkan arus moral yang rusak menariknya ke daratan.
Ketika Laut Tak Lagi Bersahabat.
Dulu laut adalah sumber kehidupan. Kini laut berubah jadi kurir kematian. Dua warga Desa Suka Jeruk, Fadil dan Masto, tak pernah menyangka akan menemukan 35 bungkus sabu-sabu saat mereka hanya ingin mencari ikan, bukan mencari malapetaka. Beruntung, mereka melapor ke Koramil. Tapi mari kita bayangkan sejenak. Bagaimana jika yang menemukan adalah seorang pemuda putus sekolah yang frustrasi karena gagal ikut CPNS? Atau oknum preman lokal yang hobi pamer di media sosial?
Puluhan kilogram sabu itu bisa jadi senjata pemusnah massal dalam bentuk candu. Dan jika itu terjadi, Madura tak perlu tenggelam karena banjir, cukup tenggelam oleh euforia palsu dan logika yang terdistorsi.
Narkoba dan Budaya Madura: Siapa Menang? Madura dikenal keras, religius, dan kental dengan adat. Tapi narkoba tidak memilih korban. Ia tidak peduli apakah Anda keturunan bangsawan atau penjaga tambak. Sabu-sabu hanya tahu satu hal. Mengubah manusia menjadi makhluk yang tak lagi mampu membedakan realitas dan halusinasi.