Melihat Indonesia Sebagai Laboratorium Pangan Dunia: Antara Potensi dan Pertarungan Kuasa

Antara Potensi dan Pertarungan Kuasa
Sumber :
  • Diaz Rizal

Meski demikian, bukan berarti semua telah hilang. Di tengah arus kapitalisasi pangan, ruang perlawanan tetap terbuka. Gerakan petani, komunitas adat, koperasi tani, dan akademisi progresif memiliki peran strategis dalam merebut kembali kedaulatan atas pangan.

AMSP: Proses Hukum Korupsi BSPS Sumenep Tidak Transparan, Bukti Nyata Buramnya APH

Langkah-langkah konkret seperti reforma agraria sejati, penguatan sistem agroekologi, riset partisipatif berbasis kearifan lokal, dan penyediaan teknologi tepat guna yang berpihak pada rakyat adalah jalan menuju emansipasi.

Namun perjuangan ini tentu tidak mudah. Kita menghadapi tantangan besar: dominasi kekuatan modal, lobi politik anti-perubahan, fragmentasi sosial, lemahnya infrastruktur pangan, dan hegemoni wacana neoliberal yang menyingkirkan nilai keadilan sosial dan ekologis.

Warga Kangean: Kami Tidak Anti Migas, Tapi Kami Anti Ketidakadilan!

Pertanyaan paling mendasar adalah: siapa yang sesungguhnya mengendalikan laboratorium besar bernama Indonesia ini? Untuk kepentingan siapa setiap eksperimen dan kebijakan dijalankan? Apakah untuk rakyat, atau untuk segelintir pemodal?

Setelah menyadari potensi yang kita miliki, akankah kita terus membiarkan tanah, air, dan benih kita dikendalikan tanpa suara? Atau justru saatnya kita bangkit, merebut kembali kendali, dan membangun sistem pangan yang berdaulat, adil, dan berkelanjutan?

Trauma Warga Pulau Kangean, Penolakan Seismik Dipicu Rekam Jejak PT KEI