Duta Wisata Sumenep: Gagah di Panggung, Hilang di Lapangan

Kacong Cebbing Sumenep 2025
Sumber :
  • Bisron Ali

Sumenep – SUMENEP – Ajang Pemilihan Duta Pariwisata Kabupaten Sumenep 2025 atau Kacong-Cebbing kembali digelar. Namun, euforia yang menyertai panggung malam final tidak berbanding lurus dengan harapan para pelaku industri pariwisata. Kritik bermunculan dari kalangan pelaku usaha sektor pariwisata, terutama dari dunia perhotelan, restoran, dan biro perjalanan, yang menilai minimnya arah dan tindak lanjut terhadap ajang ini.

Program UPLAND Kementan Berpotensi Jadi Ladang Korupsi di Sumenep

Alih-alih menjadi wadah kaderisasi talenta muda di sektor pariwisata, hasil Pemilihan Kacong-Cebbing dinilai terputus dari roadmap pariwisata daerah. Informasi mengenai proses seleksi, pembinaan, hingga pengumuman pemenang pun nyaris tak terdengar publik, bahkan tidak terpublikasi di media sosial resmi Dinas Pariwisata maupun Dinas Kominfo Sumenep.

“Kami para pelaku usaha pariwisata tentu menunggu hasil Kacong-Cebbing. Tapi sayangnya, budaya dan penyelenggaraan kegiatan ini belum nyambung dengan kebutuhan dunia industri. Setelah terpilih, mau dibawa ke mana? Tidak ada roadmap yang jelas,” ujar Bisron Ali, Koordinator Wilayah ASPRIM Sumenep dan Wakil Sekretaris PHRI Sumenep, sekaligus pemilik Jawara Tour & Travel selama 15 tahun, pada Minggu (22/6/2025).

Ditangan 18NU, Proyek UPLAND Berubah Jadi UPLINE

Menurutnya, talenta-talenta muda hasil Kacong-Cebbing punya potensi besar untuk dikembangkan menjadi pemandu wisata (guide) atau tour leader (TL) profesional, bahkan bisa menembus pasar nasional maupun internasional. Sayangnya, minimnya arah kebijakan membuat potensi ini tak terkelola dengan baik.

“Tinggal poles dikit, mereka sudah bisa bawa tamu lokal atau mancanegara. Tapi ya itu, habis selempang, habis acara, ya selesai. Ini bukan sekadar seremoni. Pariwisata itu butuh aksi nyata,” tegas Bisron.

Pulau Kangean Darurat Narkoba, BNN Diminta Segera Turun Tangan

Ia juga menyayangkan minimnya transparansi informasi terkait kegiatan Kacong-Cebbing, mulai dari proses pendaftaran, tahapan seleksi, hingga malam puncak. Hal ini dianggap kontraproduktif dengan semangat promosi wisata yang diusung.

“Saya mau bantu publikasi ke media, tapi info seperti dikunci. Seolah jadi barang rahasia. Padahal potensi viral dan rating medianya tinggi. Ini kesempatan bagus yang sayangnya tidak dimaksimalkan,” keluhnya.

Halaman Selanjutnya
img_title