Trauma Warga Pulau Kangean, Penolakan Seismik Dipicu Rekam Jejak PT KEI
Sumenep— Penolakan terhadap kegiatan seismik di kawasan Kangean belakangan ini ternyata bukan tanpa alasan. Warga setempat masih menyimpan trauma terhadap kehadiran PT Kangean Energy Indonesia (KEI), yang dinilai selama ini gagal membangun kepercayaan masyarakat kepulauan, khususnya di wilayah Sapeken.
Menurut Yono, salah satu tokoh pemuda Kangean, penolakan tersebut dipicu oleh buruknya rekam jejak pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT KEI di pulau-pulau sekitar. “Kami dengar dana CSR itu tidak pernah menyentuh kebutuhan riil masyarakat. Justru yang terjadi, dana itu dimainkan oleh oknum tertentu bersama beberapa kepala desa untuk keuntungan pribadi,” ungkapnya.
Kesan arogansi yang ditampilkan perusahaan, serta sikap tidak komunikatif dari personel humas di lapangan, ikut memperkuat antipati masyarakat. “Begitu orang tahu KEI berada di balik kegiatan seismik yang dilakukan PT GSI, masyarakat langsung alergi. Bagi kami, KEI sudah selesai. Jangan coba-coba masuk ke Kangean lagi,” tegas Yono.
Ironisnya, menurut sebagian warga, sebenarnya kegiatan eksplorasi seperti seismik maupun penambangan migas bisa berdampak positif bagi masyarakat kepulauan — jika dikelola dengan transparan dan berpihak pada rakyat. Namun, karena kehadiran KEI sudah kadung dicap sebagai “penjajah” akibat komunikasi dan kebijakan yang dianggap menyakitkan, kehadiran mereka justru memicu resistensi.
“Kami bukan anti pembangunan, tapi trauma kami terhadap KEI nyata. Jangan ulangi kesalahan yang sama di Kangean,” tambah Yono.
Warga kini berharap pemerintah maupun perusahaan migas lain belajar dari kasus ini. Keterbukaan informasi, pelibatan warga, dan pengelolaan CSR yang tepat sasaran adalah kunci utama membangun relasi sehat antara industri dan masyarakat kepulauan.