Ragam Jenis Wartawan/Jurnalis "Katanya"
- IJTI MADURA
Pabrik rokok lokal di desa terpencil menjadi sasaran utama. Bukan karena datanya kuat, tapi karena mudah diintimidasi. Wartawan Katanya datang dengan mobil pinjaman, kamera pemberian pejabat korban pemberitaan, lalu berkata, “Kami dari media investigatif, kami dapat info Bapak memproduksi rokok ilegal dan jualan pita cukai.”
Lalu muncullah kalimat pamungkas: “Kami bisa bantu supaya berita ini nggak naik lagi, asal ada itikad baik.”
Itikad baik, dalam kamus mereka, berarti sejumlah uang tunai, rokok satu dus, atau pulsa 300 ribu. Tidak perlu bukti kuat, cukup dengan "katanya," berita pun tayang. Judulnya bombastis, isinya minimalis. Kalimat pertama dimulai dengan "menurut informasi yang beredar," dan paragraf terakhir selalu ditutup dengan "hingga berita ini diturunkan, pihak terkait belum bisa dikonfirmasi." Faktanya mereka tak pernah konfirmasi.
Berita ini kemudian diunggah di blog gratisan, dengan domain yang sulit dipercaya. Ironisnya, sebagian besar masyarakat percaya karena ada embel-embel luar negeri. Padahal, yang mereka lakukan bukan investigasi, melainkan copy paste dari grup WhatsApp.
Oknum Yang Ditangkap, Bukan Karena Berani, Tapi Karena Gagal.