Nase’ Jagung Gangan Maronggi: Sajian Penawar Rindu Rumah dari Bumi Sumenep
- Diaz Rizal, S.TP.
Jika kelor memikat dengan nilai gizinya, jagung hadir sebagai simbol kehidupan masyarakat Sumenep yang erat kaitannya dengan tradisi dan kearifan lokal. Sebagai hasil bumi utama, jagung telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sumenep. Kondisi tanah kering dan berkapur di daerah ini sangat cocok untuk budidaya jagung, menjadikannya bahan makanan pokok yang melimpah dan mudah diolah.
Makna Filosofis di Balik Hidangan
Nase’ jagung gangan maronggi bukan sekadar sajian kuliner. Hidangan ini menyimpan nilai filosofi mendalam tentang kearifan lokal dan budaya masyarakat Sumenep. Setiap suapan menghadirkan kenangan tentang kebersamaan keluarga di lincak (bangku bambu), disertai tawa dan cerita hangat. Hidangan ini menjadi simbol harmoni antara alam dan manusia, mengajarkan pentingnya menghargai hasil bumi lokal sebagai sumber gizi sekaligus identitas budaya.
Korelasi antara masyarakat Sumenep dengan hasil buminya, seperti kelor dan jagung, mencerminkan keselarasan yang menjadi kekuatan lokal. Sajian ini bukan hanya menggambarkan kekayaan rasa lokal, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata kuliner yang memperkenalkan pesona budaya Madura kepada dunia.