Makanan Bergizi Gratis Basi, Sekolah : Lebih Baik Anak Lapar Daripada Antri Di IGD
Drama serupa terjadi di SMAN 3 Bangkalan. Sekolah ini memilih menarik seluruh kotak makan dari siswa setelah berkoordinasi dengan supervisor. Ironisnya, distribusi MBG ini datang dari dapur penyedia yang sama, SPPG Martajasah, yang ternyata melayani enam sekolah sekaligus. Tak tanggung-tanggung, tiga sekolah dasar di kawasan Mljah kompak menerima “hadiah basi” tersebut.
Kepala SMAN 3 Bangkalan, Hendrik Dewantara, menegaskan pihaknya tidak ingin ambil risiko. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bangkalan, Moh. Yaqub, buru-buru mengeluarkan imbauan agar sekolah selalu memeriksa makanan sebelum disajikan ke siswa. Sebuah imbauan yang seharusnya sudah jadi SOP sejak hari pertama, tapi baru diucapkan setelah aroma basi menyeruak.
“Kalau kualitas makanan tidak dijaga, bisa fatal untuk anak-anak,” ujarnya. Sayangnya, pernyataan ini justru terdengar seperti tamparan balik: bukankah menjaga kualitas makanan memang tugas pokok penyedia?
Kini publik pun bertanya-tanya: apakah program yang dilabeli “bergizi” ini memang serius dijalankan, atau sekadar proyek besar yang lebih bergizi bagi kantong para penyedia? Sebab, di Bangkalan, makanan gratis yang basi bukan sekadar persoalan dapur, tapi cermin betapa niat baik bisa busuk di tangan yang salah.