Lebih dari Warung 24 Jam, Dosen UNAIR Paparkan Sejarah Hingga Etos Orang Madura

gambaran orang Madura
Sumber :

Pakar Ilmu sejarah maritim itu juga menyatakan, orang-orang Madura tidak lepas dari tradisi merantau sejak lama, baik sebagai tentara, buruh, hingga pekerja misi (penginjil). Namun meski berada di tanah rantau, ia menyebut masyarakat Madura tetap menjaga identitasnya. Bahasa, prinsip ibadah, dan budaya tetap dipelihara. 

Bea Cukai Madura Musnahkan Jutaan Rokok Ilegal Merek LBaik, Gico, Dalil dan Geboy

“Di rantau, membawa budaya adalah sebuah keharusan, karena itu yang mengikat secara emosional,” tegasnya.

La Ode mengungkap bahwa orang Madura cenderung justru merantau secara berkelompok. “Mungkin, untuk menjaga tradisi tetap berjalan. Bisa juga karena orang-orang Madura tidak selalu diterima baik oleh sebagian masyarakat Indonesia sehingga bila ada hambatan atau hal lain yang membantu, mereka bisa saling menolong,” tuturnya. 

Kapolri Ke Madura, Oknum Polri Sampang Dipanggil Kejaksaan Semarang

Faktanya kini orang-orang Madura, kata La Ode, telah diterima semakin baik secara sosial seperti dalam pernikahan dengan berbagai etnis di perantauan. Demikian pula elite-elite Madura yang mampu mengisi birokrasi di berbagai daerah di Indonesia. 

Etos kerja dan budaya rantau juga tercermin dengan adanya fenomena keberadaan warung Madura yang buka 24 jam. Menurut La Ode, hal itu adalah respons atas tingginya kompetisi ekonomi hari ini. 

Naik Kelas, Kredensial BPJS RSUD Moh Anwar Bukti Nyata Peningkatan Pelayanan

“Orang-orang Madura masuk dan siap dalam ekonomi yang kompetitif. Buka sepanjang hari dan malam adalah bagian dari merespons perubahan.”

Halaman Selanjutnya
img_title