Uniknya Pulau Apung Tersembunyi di Sumenep
Madura – Berkunjung ke Madura, cobalah menikmati keindahan pantai dan laut di Kepulauan Sapeken, Sumenep. Memang, tidak seperti Pulau Seribu di Jakarta, yang hanya butuh waktu tempuh tiga jam dari Muara Angke.
Menuju Kepulauan Sapeken, Anda membutuhkan waktu setidaknya 12 jam dari Pelabuhan Kalianget Sumenep, menggunakan perahu motor. Sebenarnya, letak Kepulauan Sapeken ini lebih dekat ke Bali, hanya membutuhkan waktu enam jam perjalanan laut, untuk sampai ke Denpasar.
Tetapi, jangan salah. Soal keindahan, pantai di pulau-pulau kecil di luar Madura ini boleh diadu. Tidak hanya itu, Kepulauan Sapeken juga punya banyak mutiara terpendam. Bukan melulu soal hidden paradise, melainkan pulau-pulau apung nan unik yang tersebar di Selat Bali.
Para penduduk Kepulauan Sapeken rata-rata bermata pencaharian sebagai nelayan. Menggunakan cara tradisional dalam mencari ikan, para nelayan Sapeken pun awas dengan lingkungan. Imbasnya, pemandangan taman laut di Sapeken masih asri, alami, nyaris tak terjamah.
Sapeken mempunyai luas wilayah 201,88 kilometer persegi, atau 9,64 persen dari luas Kabupaten Sumenep dan terdiri dari sembilan desa. Meskipun secara geografis Kepulauan Sapeken termasuk wilayah Madura, para penduduknya lebih fasih berbicara bahasa Mandar dan bahasa Bugis. Jarang didapati warga yang dapat berbahasa Madura, kecuali pendatang baru. Salah satu desa unik yang dimiliki Kepulauan Sapeken adalah Desa Sadulang. Terdapat perkampungan yang dinamai Dusun Takat Lanjang, yang sebagian penduduknya lebih memilih untuk bertempat tinggal di tengah laut, di atas rumah-rumah yang mengapung.
Penduduk Dusun Takat Lanjang membangun rumah panggung bermaterial gedek bambu dan beratap jerami. Banyak perahu kayu dalam berbagai ukuran yang tertambat di sisi-sisi pulau, tanda utama desa nelayan. Dilihat sekilas, Dusun Takat Lanjang seperti masih perawan, jauh dari fasilitas modern khas perkotaan. Tidak mengherankan, karena lingkungan tersebut belum tersentuh perhatian pemerintah setempat. Cara untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, warga di pulau apung melakukan barter, menukarkan hasil tangkapan ikan dengan beras dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.