Drama “Makanan Bergizi Gratis” di Madura: Dari Harapan Emas Jadi Drama Murahan
Madura-, Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang sejatinya digagas Presiden Prabowo dengan niat mulia, ternyata di Madura lebih mirip drama Korea dengan episode tak berkesudahan. Alih-alih menghadirkan gizi dan kecerdasan bagi generasi penerus, yang muncul justru keluhan, laporan keracunan, hingga dapur-dapur bermasalah di empat kabupaten Madura.
Sejak awal, tekad Presiden untuk memberikan asupan bergizi kepada pelajar seharusnya menjadi babak baru perbaikan gizi anak bangsa. Namun apa daya, di lapangan program ini sering kali diterjemahkan seenaknya oleh pihak kedua, bahkan pihak ketiga, yang mungkin lebih pandai menyusun laporan ketimbang menyusun menu sehat.
Berdasarkan pemantauan redaksi madura.viva.co.id, hampir di semua titik dapur MBG muncul keluhan: makanan tak higienis, distribusi yang amburadul, hingga bahan yang jauh dari standar layak konsumsi. Bahkan, di Pamekasan, drama ini mencapai puncaknya saat sejumlah siswa dilaporkan mengalami keracunan massal usai menyantap “hidangan bergizi gratis”.
Sungguh ironis, program dengan nama segagah “Makanan Bergizi Gratis” justru mencatat episode memalukan. Bila dibiarkan, bukan mustahil generasi muda Madura akan tumbuh bukan dengan tubuh sehat, tapi dengan trauma setiap kali mendengar kata “gratis”.
Kini, publik bertanya-tanya: apakah ini program gizi, atau program ilusi? Jangan-jangan, satu-satunya yang benar-benar “bergizi” hanya laporan-laporan administrasi yang mulus, sementara anak-anak yang seharusnya sehat malah jadi korban eksperimen dapur ala kadarnya.
Madura tidak butuh drama Korea rasa lokal. Yang dibutuhkan adalah pengawasan ketat, standar dapur yang jelas, dan komitmen pelaksana di lapangan. Karena jika tidak, slogan “Makanan Bergizi Gratis” hanya akan tinggal nama, sementara generasi bangsa membayar mahal dengan kesehatan dan masa depan mereka.