PASUTRI Wajib Baca, Inilah Keutamaan dan Manfaat Jamu Madura

racikan herbal jamu Madura
Sumber :

Madura – Indonesia, dengan biodiversitas tumbuhan terbesar kedua di dunia, memiliki potensi besar dalam pemanfaatan tanaman obat yang tersebar di berbagai etnis. Kekayaan ini menjadi aset penting sebagai agen terapi yang mendukung kesehatan nasional dan berperan dalam pembentukan generasi menuju Indonesia Emas.

Kekayaan alam, khususnya tanaman obat, tidak hanya berfungsi sebagai agen kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga sebagai agen preventif dan promotif dalam pelayanan kesehatan tradisional. Tanaman obat ini juga bermanfaat sebagai terapi alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat.

Etnis Madura adalah salah satu kelompok etnis di Indonesia yang memanfaatkan tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional, yang dikenal melalui tradisi minum jamu. Kebiasaan ini telah diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga dan masyarakat Madura, serta telah terbukti memberikan manfaat yang signifikan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Suharmiati, Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional (PRBBOT), Organisasi Riset Kesehatan (ORK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam webinar Bincang Riset V yang diselenggarakan PRBBOT ORK BRIN dengan tema "Tanaman Obat dan Ramuan Herbal untuk Kesehatan Wanita".

Suharmiati menjelaskan bahwa ramuan Madura adalah salah satu obat tradisional asli Indonesia yang perlu dilestarikan. Resep-resep ini merupakan warisan nenek moyang yang digunakan oleh berbagai kalangan, meskipun pada praktiknya lebih banyak digunakan oleh ibu-ibu. Jenis dan bentuk jamu yang dikonsumsi pun beragam.

Masyarakat Madura lebih menyukai jamu berbentuk serbuk yang diseduh dan diminum seluruhnya. Jamu serbuk ini memiliki aroma yang tajam dan konsistensi yang kental. Seiring perkembangan zaman, masyarakat lebih memilih membeli ramuan jamu buatan pabrik yang lebih praktis, meskipun bahan dasarnya tetap berasal dari bahan segar dan simplisia atau bahan yang telah dikeringkan.

“Budaya minum jamu pada perempuan Madura didorong oleh keyakinan bahwa lebih baik tidak makan daripada tidak minum jamu. Bahkan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa setelah minum jamu Madura, tubuh terasa sehat, bugar, kuat, dan rapat,” ungkap Suharmiati.

Pemanfaatan ramuan jamu juga diperkenalkan pada anak-anak dengan memberikan ramuan yang rasanya manis. Pada remaja putri, ramuan jamu diberikan secara rutin sejak menstruasi pertama untuk menjaga kesehatan, mengencangkan rahim, dan mengatasi nyeri haid. Selain itu, juga dilakukan perawatan kulit dengan lulur.

Lebih lanjut, Suharmiati menjelaskan bahwa persiapan khusus juga dilakukan pada saat menjelang pernikahan, terutama untuk calon pengantin wanita, yang dimulai satu bulan sebelum hari pernikahan. Calon pengantin pria juga diberikan jamu khusus yang dicampur dengan kuning telur dan madu untuk menjaga kesehatan dan vitalitas.

Tradisi minum ramuan jamu pada wanita Madura juga didorong oleh keinginan untuk selalu menjadi istri yang dapat memberikan kepuasan kepada suaminya. Suami pun mendukung tradisi ini. Jika ingin menjarangkan kehamilan, mereka membuat ramuan sendiri yang diminum setelah menstruasi, sedangkan untuk menyuburkan kandungan mereka meminum jamu "dingin" dari daun-daunan seperti Beluntas.

Selama masa kehamilan, wanita Madura mengonsumsi berbagai ramuan jamu seperti jamu anton-anton muda, jamu anton-anton tua, jamu cabe puyang, serta air kelapa muda, terutama pada usia kehamilan 7-9 bulan. Pada masa persalinan, mereka mengonsumsi air perasan kunyit, minyak kelapa buatan sendiri, serta kuning telur untuk memperlancar persalinan, juga jamu pelancar ASI dan jamu pasca persalinan.

“Terdapat berbagai jenis ramuan jamu Madura berbahan dasar tanaman obat, seperti jamu Pluntur untuk pasca nifas atau terlambat haid, yang berbahan dasar tanaman Elephantopus scaber, Andrographis paniculata, Sida rhombifolia, Nigella sativa, Kaempferia galanga, dan bahan lainnya,” tutur Suharmiati.

Saat ini, terdapat 70 bahan baku obat tradisional yang masuk dalam kategori obat tradisional berisiko rendah, seperti minyak kayu putih dari Oleum cajuputi dan minyak kelapa dari Oleum cocos. Suharmiati juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa larangan dalam pembuatan obat tradisional, seperti larangan menggunakan tumbuhan atau hewan yang dilindungi, bahan isolat atau sintetik, bahan kimia obat, etil alkohol dengan kadar lebih dari 1%, narkotika, psikotropika, atau bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan.

Untuk bentuk sediaan obat tradisional, intravaginal, tetes mata, parenteral, dan supositoria dilarang kecuali untuk pengobatan wasir. Komposisi jamu sehat biasanya digunakan untuk menyehatkan dan menyegarkan tubuh, dengan khasiat penambah nafsu makan dan penyegar badan.

Pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional yang disusun oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencakup komposisi, pernyataan kegunaan, cara pembuatan, cara penggunaan, dan uji kemanfaatan. Proses pengkajian obat tradisional dimulai dari komposisinya, dikaitkan dengan pernyataan kegunaan, serta pengkajian terhadap cara pembuatan dan penggunaan.

“Pengembangan obat tradisional, khususnya jamu Madura, membutuhkan uji kemanfaatan yang mencakup uji toksisitas, uji farmakologi, dan uji klinis, serta upaya standarisasi bahan baku. Dengan komposisi yang rasional, jamu Madura memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan terkait dosis penggunaannya,” pungkas Suharmiati.(brin)